Detikperkara.com Jakarta – Selain bronkitis, ada kondisi medis lain yang memiliki nama serupa yaitu bronkiolitis. Kondisi yang menyebabkan sesak napas dan batuk pada bayi ini memang umumnya dapat sembuh tanpa perawatan medis.
Namun, kondisi ini juga dapat mengakibatkan komplikasi parah. Contohnya berupa dehidrasi, kadar oksigen yang super rendah, apnea, dan dehidrasi. Jadi, penting sekali untuk membawa ke dokter apabila anak atau bayi Anda mengalami gejala penyakit ini.
Bronkiolitis?
Bronkiolitis yaitu infeksi pada paru-paru yang umumnya disebabkan oleh virus. Kondisi ini tergolong sangat umum terjadi pada bayi dan anak-anak. Hal ini menyebabkan peradangan pada bronkiolus (saluran udara kecil yang terdapat di paru-paru).
Akibatnya saluran yang tersumbat ini maka dapat mengakibatkan beragam jenis gejala. Contohnya pilek, batuk, sesak napas, mengi (nafas berbunyi). Kondisi ini dapat berlangsung dalam beberapa waktu, mulai dari beberapa hari, minggu, hingga bulan.
Lalu, apakah bronkiolitis berbahaya? Dalam kasus yang parah bisa mengakibatkan cyanosis (kulit dan bibir membiru) akibat kurang oksigen, dehidrasi, hingga apnea (jeda pada pernapasan).
Respiratory syncytial virus (RSV) menjadi penyebab utama kondisi ini. Namun, beberapa virus lain juga dapat menyebabkan kondisi ini, termasuk virus penyebab flu atau virus influenza.
Virus penyebab penyakit ini terbilang mudah menyebar. Biasanya, penyebaran terjadi melalui percikan air liur, penggunaan mainan/handuk, atau lainnya secara bersamaan, menyentuh objek yang sebelumnya dipakai penderita.
Faktor Risiko
Kondisi ini biasa terjadi secara epidemik setiap tahun. Semua orang berpotensi untuk terkena kondisi ini, namun beberapa kondisi yang dapat mengakibatkan seseorang berpontensi terkena kondisi ini berupa:
1. Bayi dengan kelahiran prematur
2. Bayi berusia <3 bulan
3. Masalah pada jantung/paru-paru
4. Tidak mendapatkan ASI
5. Kontak dengan penderita
6. Tinggal di area padat penduduk
7. Paparan asap rokok
8. Daya tahan tubuh lemah
Bronkiolitis terjadi karena virus yang menginfeksi bronkiolus. Nah, bronkiolus sendiri merupakan saluran udara terkecil dari paru-paru. Akibatnya, terjadi peradangan dan pembengkakan.
Nah, virus yang menginfeksi umumnya dari jenis respiratory syncytial virus (RSV). Biasa menyerang anak-anak hingga usia 2 tahun. Selain itu, virus lain penyebab batuk seperti virus influenza juga dapat mengakibatkan kondisi ini.
Berbagai jenis virus penyebab penyakit ini mudah menyebar. Penyebaran sendiri dapat terjadi melalui percikan air liur, penggunaan mainan/handuk, atau lainnya secara bersamaan, menyentuh objek yang sebelumnya dipakai penderita, dan kebiasaan anak yang menyentuh hidung, mata, atau mulut tanpa cuci tangan terlebih dahulu.
Gejala Bronkiolitis
Mengacu pada laman Mayo Clinic, bahwa gejala bronkitis mirip dengan pneumonia hanya saja lebih ringan. Berikut beberapa di antaranya:
1. Batuk yang terus bertambah
2. Sesak nafas
Mengi (terdengar suara saat menarik napas)
3. Muntah (akibat batuk-batuk terus menerus)
4. Kesulitan menelan
5. Kesulitan menyusui
6. Hidung tersumbat (tidak mesti terjadi)
7. Demam ringan
Otitis media (infeksi telinga)
Cara Dokter Mendiagnosis
Dokter dapat mendiagnosis kondisi ini melalui pemeriksaan fisik si anak. Mungkin dokter akan mewawancarai orang tua atau wali untuk menanyakan seputar kondisi kesehatan si anak. Jika masih belum jelas, maka akan melakukan serangkaian pemeriksaan tambahan seperti:
– X-ray dada
– Tes darah
– Tes virus
Pencegahan Bronkiolitis
Virus penyebab bronkiolitis tergolong mudah menyebar. Jadi, penting sekali untuk melakukan upaya pencegahan dengan cara sebagai berikut:
– Biasakan anak untuk mencuci tangan dengan teratur
– Jauhkan bayi dari orang yang sedang sakit
– Dapatkan vaksin influenza
– Hindari menyentuh muka dan wajah saat tangan kotor
– Bersihkan lingkungan tempat main anak
Pengobatan Bronkiolitis
Biasanya, penyakit ini dapat sembuh sendiri asalkan anak mendapatkan istirahat yang cukup. Hindari memberikan obat batuk pilek yang dijual bebas karena umumnya tidak diperkenankan untuk anak usia di bawah 12 tahun.
Pastikan anak mendapatkan cairan yang cukup, terbebas dari polusi udara, jika perlu gunakan obat tetes hidung dan juga obat paracetamol/ibuprofen bila disertai demam. Bila kondisi parah, maka butuh perawatan intensif di rumah sakit untuk pemberian oksigen.
Komplikasi
Untuk kondisi yang terbilang ringan, umumnya tidak akan menimbulkan komplikasi. Akan tetapi, pada kasus yang parah dapat mengakibatkan beberapa komplikasi seperti berikut ini:
– Cyanosis yaitu kondisi kekurangan oksigen sehingga kulit, bibir, dan kuku membiru.
– Dehidrasi akibat nafas yang terlalu cepat sehingga tidak mau minum.
– Apnea yaitu jeda pada pernafasan, kerap terjadi pada bayi yang lahir prematur.
– Gagal pernapasan.
– Penyakit paru obstruktif akut.
Kapan Harus ke Dokter?
Anda harus memeriksakan anak Anda ke dokter spesialis paru apabila mengalami gejala seperti muntah-muntah, mengi hingga berbunyi keras, pernafasan yang sangat cepat, kulit, bibir, dan kuku berwarna biru, dan dehidrasi akibat tidak mau minum.
Terlebih apabila anak Anda berusia kurang dari 12 minggu serta memiliki faktor risiko terhadap kondisi ini seperti halnya masalah pada paru-paru/jantung serta punya kelahiran prematur, maka wajib menghubungi dokter sesegera mungkin sehingga komplikasi dapat dicegah.
Narasumber:
dr. Daniel Prasetyo, Sp. A
Spesialis Anak
Primaya Hospital Inco Sorowako
(Teh’ Nena)